Sepanjang sejarah kemanusiaan, anak bangsa selalu dipinggirkan dan didiskriminasi oleh rezim yang tak bertanggung jawab. Sebagaimana amanat Negara yang termaktub dalam UUD 1945 yang sampai detik ini tidak dapat direalisasikan dengan baik oleh pemerintah. Kita bisa menilik bagaimana kehidupan mereka sepanjang ibu kota di negeri ini, ribuan dan bahkan jutaan anak bangsa tidur dan bertempat tinggal dikolom jembatan dengan fasilitas sealakadarnya, mereka tidak pernah memikirkan bagaimana kesehatannya tapi yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara untuk menyambung hidup ditengah himpitan ekonomi yang siap mencekik batang tengorokkannya. Problematika umat dinegeri ini kian lama makin memprihatinkan, mereka sangat membutuhkan uluran tangan Tuhan yang akan memberikan belain hangatnya. Dalam psikilogi rakyat belum ada rais yang mampu mengeluarkan mereka dari ketertindasan yang amanusiawi ini.
Anak negeri ini sudah lama menderita dan bahkan meninggal karena kurang gizi, bagaimana mungkin dinegeri kaya ini terdapat anak-anak yang kurang gizi? Bukankah Negara Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, Ataukah memang kekayaan Negara ini hanyalah retorika pemanis bibirnya penguasa? Ia, itu adalah rekayasa kamuflase yang sengaja dimainkan oleh actor-aktor yang haus dan lapar akan kekayaan, dan kalaupun benar bahwa Negara ini adalah Negara kaya akan SDA –nya lalu kapan dan siapa yang akan menikmatinya, Ataukah kekayaan itu hanya diperuntukkan mereka yang berkuasa dinegri ini? Logika apapun yang kita pakai, kita tidak akan menemukan solusi konkritnya. Kemiskinan yang sistemik seperti ini, bukanlah kutukankan Tuhan tapi melainkan kemiskinan yang sengaja diskenariokan oleh penguasa negeri ini. Malapetaka kemanusiaan ini adalah merupakan problem social seperti yang pernah diungkapkan oleh Kang Jalal dan kitapun harus mengkonstruk gerakan secara social pula.
Malapetaka kemanusiaan ini bukanlah keniscayaan historis. Secara dialektis, suatu kenyataan tidak mesti menjadi suatu keharusan. Jika kenyataan menyimpang dari apa yang terjadi maka menjadi tugas manusia untuk membebaskan dirinya dari sistim yang amoral ini. Pernahkah kita menanyakan hal ini pada diri kita sendiri, bahwa kita sedang dilindas oleh sistim yang tidak berprikemanusiaan. Banyak manusia Indonesia yang mengAkukan dirinya sebagai putra-putri indaonesia tulen tapi prilaku dan pekirinnya cendrung menyokong eksistensi kapitalisme. Kapitalisme sudah menjadi Tuhan bagi manusia yang diperbudak oleh perut dan jabatannya. Disaat anak-anak bangsa membutuhkan uluran tangan dari dewa penyelamat, adakah sosok dewa yang akan mengeluarkan mereka dari kemiskinan yang siap membantai lautan umat manusia di negeri ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar